Tampilkan postingan dengan label tuberkulosis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tuberkulosis. Tampilkan semua postingan

Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Bersama Mengakhiri TB untuk Generasi Sehat

Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Bersama Mengakhiri TB untuk Generasi Sehat

Setiap tanggal 24 Maret, dunia memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia sebagai upaya meningkatkan kesadaran global tentang penyakit tuberkulosis (TB). Tahun 2025, tema yang diusung adalah "Bersama Mengakhiri TB untuk Generasi Sehat", menekankan pentingnya kolaborasi antar sektor dalam mencapai eliminasi TB sesuai target WHO pada tahun 2030.

Illustration world's collaboration in tackling tuberculosis

Kondisi Global Tuberkulosis

Menurut Laporan Global Tuberkulosis 2024 yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat beberapa perkembangan penting terkait epidemi TB di dunia:

  • Jumlah Kasus Baru: Pada tahun 2023, sekitar 10,8 juta orang di seluruh dunia terdiagnosis TB, menunjukkan stabilisasi setelah peningkatan kasus yang dipicu oleh pandemi COVID-19.
  • Tingkat Kematian: TB tetap menjadi penyakit infeksi paling mematikan, dengan 1,25 juta kematian pada tahun 2023.
  • Negara dengan Beban Tertinggi: Delapan negara menyumbang lebih dari dua pertiga kasus TB global, yaitu India, Indonesia, Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Republik Demokratik Kongo.
  • Anak-anak Terinfeksi: Di Eropa, kasus TB pada anak-anak di bawah 15 tahun meningkat 10% dalam setahun terakhir, dengan anak-anak di bawah lima tahun paling berisiko.

Laporan ini juga menyoroti tantangan seperti resistensi obat, kurangnya pendanaan, dan dampak pandemi COVID-19 terhadap layanan TB. Namun, ada harapan dengan stabilisasi jumlah kasus dan penurunan angka kematian, menunjukkan efektivitas upaya global dalam penanggulangan TB.

Tantangan dalam Eliminasi TB

Beberapa tantangan utama dalam pemberantasan TB meliputi:

  • Kurangnya Akses ke Layanan Kesehatan: Banyak pasien TB yang belum mendapatkan diagnosis dan pengobatan tepat waktu.
  • Stigma dan Diskriminasi: Banyak penderita TB yang menghadapi stigma sosial, menghambat mereka untuk mencari pengobatan.
  • Resistensi Obat: TB yang resistan terhadap obat (MDR-TB) semakin meningkat, membuat pengobatan lebih sulit dan mahal.
  • Kurangnya Pendanaan: Investasi dalam penelitian dan pengembangan vaksin serta pengobatan masih belum mencukupi.

Langkah Nyata untuk Mengakhiri TB

Untuk mencapai eliminasi TB, dibutuhkan upaya nyata dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga medis, organisasi non-pemerintah, serta masyarakat umum. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Advokasi Kebijakan Kesehatan yang Lebih Baik Pemerintah harus memperkuat sistem kesehatan dengan meningkatkan pendanaan untuk deteksi dini, pengobatan, serta program edukasi masyarakat. Selain itu, kebijakan yang mendukung pasien TB dalam akses pengobatan dan perawatan harus terus diperjuangkan.
  • Peningkatan Kesadaran Masyarakat. Masyarakat perlu memahami bahwa TB bukanlah penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Edukasi mengenai gejala TB, cara penularan, dan pentingnya kepatuhan pengobatan harus terus digalakkan melalui kampanye kesehatan di media sosial, seminar, dan program komunitas.
  • Inovasi dalam Deteksi dan Pengobatan. Penelitian dan pengembangan vaksin serta terapi terbaru harus menjadi prioritas. Teknologi seperti tes diagnostik cepat dan pengobatan berbasis pendekatan individual perlu dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas pengobatan TB.
  • Penguatan Kolaborasi Internasional. TB adalah masalah global yang memerlukan solusi global. Kolaborasi antar negara dalam berbagi data, penelitian, dan sumber daya sangat penting dalam mempercepat eliminasi TB.

Peran Kita dalam Peringatan Hari TB Sedunia 2025

Sebagai individu, kita juga dapat berkontribusi dalam upaya mengakhiri TB dengan cara:

  • Menyebarkan informasi yang benar tentang TB kepada keluarga dan teman.
  • Mendukung kebijakan kesehatan yang berpihak pada eliminasi TB.
  • Mendorong penderita TB untuk menjalani pengobatan dengan benar dan tidak menghentikan terapi sebelum selesai.
  • Menghindari stigma terhadap penderita TB dan memberikan dukungan sosial yang mereka butuhkan.

Hari Tuberkulosis Sedunia 2025 adalah momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam mengakhiri TB. Dengan advokasi yang kuat, peningkatan layanan kesehatan, serta dukungan masyarakat, kita dapat mewujudkan dunia bebas TB untuk generasi mendatang. Saatnya bertindak sekarang, karena setiap langkah kecil dapat membawa perubahan besar dalam perjuangan melawan TB. Dengan pendekatan kolaboratif, mari kita wujudkan dunia yang lebih sehat dan bebas TB! 

Skrining Infeksi Laten Tuberculosis (ILTB) dan Terapi Profilaksis Tuberkulosis (TPT)

Tuberkulosis merupakan penyakit paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada posisi ke-2 untuk kasus TB terbanyak di dunia. Perkiraan kasus TB di Indonesia sebanyak 969.000 kasus dengan notifikasi kasus 74% dan cakupan pengobatan 48% dan kesuksesan pengobatan 83%. Saat ini, upaya skrining infeksi tuberkulosis laten sedang digalakkan secara global. 

Infeksi TB laten merupakan infeksi tuberkulosis yang tidak menimbulkan gejala dikarenakan sistem imun tubuh mampu mengendalikan bakteri TB. Infeksi laten ini dapat menjadi infeksi aktif apabila kondisi imunitas tubuh kurang baik. Hal inilah yang perlu diupayakan untuk dicegah dan diberikan terapi preventif. Pada kondisi infeksi laten TB, akan ditemukan test mantoux (TST) positif meskipun pemeriksaan laboratorium (kultur/BTA) atau radiologi lainnya dinyatakan negatif TB. 

Infeksi tuberkulosis (TB) laten

Dalam upaya ILTB harus memperhatikan cascade of care ILTB. Populasi harus diidentifikasi secara umum dan dipastikan tidak menderita TB aktif. Target LTB diantaranya pasien dengan HIV positif, orang kontak serumah dengan TB aktif terkonfirmasi secara bakteriologis terutama anak dan remaja, kelompok risiko tinggi lainnya dengan HIV negatif (immunokompromise misalnya kanker, pengguna steroid jangka panjang), orang yang berada di wilayah atau tempat tinggal yang padat dan tertutup.

Salah satu pemeriksaan ILTB yang dapat dilakukan secara mudah adalah Tuberkulin test (TST) dengan cara menyuntikkan protein murni tuberkulin 0,1ml dan diidentifikasi adanya indurasi dalam 48 - 72 jam. TST positif apabila indurasi >15mm pada siapapun, >10mm pada orang dengan risiko tinggi tuberkulosis, dan >5mm pada kasus immunokompromise. Selain pemeriksaan TST, dapat juga dilakukan pemeriksaan IGRA untuk mengukur reaksi imun tubuh terhadap bakteri TB.Apabila positif ILTB segera diberikan terapi profilaksis (TPT).

TPT harus diberikan secara rutin sesuai panduan pemberian TPT pada ILTB. Setelahnya perlu dilakukan pemantauan secara rutin terhadap keteraturan TPT, efek samping TPT, dan juga manifestasi klinis yang mungkin muncul.