Si Manis yang Berbahaya: Dampak Konsumsi Gula Berlebihan terhadap Kesehatan

Kamu suka yang manis? Hmm, siapa coba yang bisa menolak sesuatu yang manis, ya kan? Sepertinya hampir mustahil untuk mayoritas orang. Apalagi makanan dan minuman yang memiliki rasa manis ini sudah menjadi favorit bagi banyak orang sejak lama. Bahkan saat ini, makanan dan minuman ini makin menjamur dan menjadi tren baru jajanan terutama bagi anak-anak dan remaja. Disadari atau tidak, di sekitar kita bisa dengan mudah ditemukan makanan dan minuman yang mengandung tinggi gula, misalnya softdrink, boba, thai-tea, kue, cookies, es krim, dan berbagai prduk olahan lain yang mengandung pemanis buatan. Favorit kalian yang mana?

Makanan dan minuman manis tidak hanya sekedar makanan dan minuman yang diberi tambahan gula, melainkan paling tidak mengandung sedikitnya 5% gula dalam proses pengolahannya. Ini juga termasuk bahan pemanis tambahan seperti sukroa, sirup fruktosa, dan konsentrat buah. Itulah kenapa, penting bagi kita untuk membaca komposisi gizi yang tertera disetiap produk kemasan.

Konsumsi gula berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan

Fakta lain dari konsumsi makanan dan minuman manis ini adalah rasa "manis" bisa menimbulkan adiksi atau ketergantungan bagi penikmatnya layaknya alkohol atau rokok. Mungkin sebagian dari kalian pernah merasakan sulit untuk berhenti konsumsi "manis" meskipun sudah sangat bertekad. Rasa adiksi ini disebabkan oleh stimulasi produksi hormon dopamin yang dipicu si "manis". Jadi, tidak mengherankan jika pecinta makanan dan minuman manis makin tumbuh tidak terkendali dalam waktu singkat. Di Indonesia sendiri, konsumsi gula diperkirakan mencapai 11.8% dari total populasi pada tahun 2014. Bisa dibayangkan berapa jumlah kenaikannya saat ini mengingat semakin berjamurnya olahan manis saat ini. Bahkan saat ini, konsumsi olahan "manis" sudah menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan dan telah menjadi gaya hidup di dunia modern. Tapi sayangnya, kebiasaan ini belum diikuti dengan pemahaman masyarakat akan dampak makanan dan minuman manis yang mereka konsumsi. Jadi, kalau kamu termasuk fans berat dari si "manis" ini, mungkin beberapa fakta "pahit" yang tersembunyi dibalik kata "manis" ini bisa jadi pertimbangan kamu.

Makanan dan minuman yang mengandung gula ataupun pemanis lainnya telah terbukti menjadi salah satu faktor penyebab berbagai penyakit seperti karies gigi, obesitas, hipertensi, diabetes, penyakit jantung, kanker, gangguan kognitif, penyakit ginjal, dan masih banyak lainnya. Gula, sama seperti garam dan lemak dapat menstimulasi bagian otak yang mengatur rasa "senang" melalui rangsang cepat di saraf sensoris. Proses ini akan menyebabkan rasa "ingin makan" yang tidak terkontrol dan akhirnya menyebabkan obesitas. Kebiasaan mengonsumsi gula akan menciptakan lingkungan yang cocok untuk timbulnya penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, stroke, dan akhirnya dapat meningkatkan risiko kematian.

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa konsumsi gula sangat berkontribusi dalam peningkatan berat badan dengan cara meningkatkan deposisi lemak ke jaringan lemak viseral. Hal ini dapat meningkatkan konsentrasi trigliserida, menurunkan toleransi glukosa, dan insensitifitas insulin. Proses ini akan menganggu metabolisme gula darah dan meningkatkan risiko diabetes melitus. Dikonfirmasi juga bahwa orang yang minum minimal 1 minuman berkarbonasi setiap hari berisiko 44% lebih tinggi mengalami penyakit metabolik dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Konsumsi gula berlebih juga menjadi faktor pencetus inflamasi tubuh. Inflamasi kronis sudah sejak lama diteliti berkaitan dengan obesitas, peningkatan massa lemak tubuh, dan penyakit metabolik. Konsumsi gula berlebihan akan menginduksi peningkatan produksi mediator inflamasi dan sitokin pro-inflamasi di berbagai jaringan yang akhirnya dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiometabolik. Konsumsi gula secara berlebih juga dapat meningkatkan permeabilitas intestinal, mengganggu komposisi mikrobiota di usus, dan meningkatkan faktor inflamasi ke hati. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan jaringan hati dan akhirnya berkembang menjadi penyakit hati non alkoholik.

Inflamasi yang diakibatkan oleh konsumsi gula melebihi rekomendasi dapat merusak hipokampus, sebuah area otak yang penting dalam proses belajar dan memori. Hal ini dapat meningkatkan risiko demensia. Dalam sebuah peneltian juga telah dikonfirmasi bahwa orang yang mengonsumsi gula >68.8gram per hari memiliki skor MMSE dan MoCA lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi gula lebih rendah. Penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa konsumsi gula berlebih tidak hanya mempengaruhi kemampuan kognisi global tetapi juga memori verbal dan visual akibat adanya peningkatan gula darah dalam jangka waktu yang lama, neuroinflamasi, resistensi insulin, dan stress oksidatif yang mengganggu sinaps saraf. Selain itu, kadar glukosa yang tinggi juga berperan dalam ketidakseimbangan fungsi sistem imun dan kondisi patologis lainnya karena mengurnangi jumlah komponen limfosit.

Dikarenakan beberapa alasan diatas, konsumsi makanan dan minuman tinggi gula harus diminimalisasi. WHO merekomendasikan untuk membatasi konsumsi gula tidak lebih dari 10% dari total energi. Rekomendasi lainnya adalah membatasi konsumsi gula <5% dari total energi. Asosiasi Jantung Amerika (AHA) juga merekomendasikan untuk membatasi konsumsi gula menjadi 6 sendok teh pada wanita dan 9 sendok teh pada pria. Usaha pembatasan konsumsi gula dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah memahami sumber gula tersembunyi dengan melihat tabel nutrisi pada kemasan dan strategi substitusi gula. Meningkatkan konsumsi makanan sehat dan membatasi tipe makanan dan minuman tertentu juga bisa menjadi metode yang efektif. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar