Beberapa waktu belakangan ini, publik digemparkan oleh berita viral tentang banyaknya kasus cuci darah pada anak-anak di RSCM, Jakarta. Pihak rumah sakit pun telah meluruskan isu tersebut. Salah satu konsultan nefrologi anak, dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp.A (K) dalam wawancaranya bersama detik health menyatakan bahwa tidak terjadi pelonjakan kasus gagal ginjal anak di RSCM. Meskipun begitu, hal tersebut tidak serta merta menghilangkan kekhawatiran orang tua terhadap kasus cuci darah yang bisa saja dialami oleh anak-anak mereka.
Lalu, sebenarnya apa sih cuci darah itu? Dan mengapa orang harus melakukan cuci darah?
Cuci darah atau hemodialisa merupakan sebuah upaya perawatan yang dilakukan untuk membuang limbah atau racun dari tubuh orang yang memiliki fungsi ginjal yang buruk. Singkatnya, mesin hemodialisa berperan sebagai pengganti ginjal untuk:
- Menyaring darah sehingga toksin dan cairan berlebih di tubuh dapat dikeluarkan dengan maksimal.
- Mempertahankan batas aman mineral seperti kalsium, potasium (kalium), bicarbonate, dan sodium di dalam tubuh.
- Membantu meregulasi tekanan darah
Insidensi hemodialisa tergantung pada insidensi dan prevalensi acute kidney injury (AKI) dan chronic kidney disease (CKD). Kedua kondisi tersebut dapat disebabkan karena berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Gaya hidup yang tidak sehat, misalnya konsumsi tinggi gula dan garam,
b. Penyakit infeksi, misalnya nephritis, leptospirosis,
c. Memiliki penyakit komorbid, misalnya diabetes, hipertensi,
d. Konsumsi obat-obatan yang sifatnya nefrotoksik.
Gagal ginjal yang membutuhkan hemodialisa seringkali tidak terjadi secara serta-merta. Umumnya terdapat beberapa gejala yang bisa menjadi tanda awal (early warning) terjadinya gagal ginjal, seperti produksi urin yang menurun (anuria), kaki/tangan bengkak, mudah lelah, dan sesak napas pada kondisi berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar